Hujan April
Tetes pertama dari hujan di bulan April, menyeruak debu
jalan. Merembes di celah retakan tanah, jauh ke bawah,lalu menghilang, menyatu
di kedalaman semampu grafitasi dapat menariknya.
Tetes-tetes berikutnya kucoba menahannya dalam telapak
tanganku karena godaan untuk
memahami rentetan cerita perjalanan hujan di angkasa dan
menerka dari mana ia memulai episode itu.
Tapi aku hanya mampu menangkap cerita yang sama.
Tidak ada bunga, taman dan cerita keabadian sebuah senyum
di lukisan bibir seperti ceritamu.
Padahal kau pernah mencoba memahami banyak hati.
Dan ceritamu selalu lebih hebat dari aku.
Ini petang, bulan menitip pesan akan alpa untuk datang.
Ia seperti kau selalu pergi sesuka hati.
Mencari cerita berbeda karna terlalu percaya, malam akan
memberikan keheningannya, menaburkan keindahan semilyar bintang.
Indah tapi bisu seperti biasa.
Padahal aku ingin ada yang bernyanyi seperti dirimu
Tentang segala hal selain aku.
Tentang apalagi yang bisa kau tertawakan dari nasib.
Padahal, masih banyak yang mesti kau jelaskan.
Bukan soal tetes hujan
Bukan juga tentang angin laut dengan lagu misterinya
Tapi tentang hati,
karena aku ingin tau mengapa caramu menatapku sampai kini
tak bisa kupahami.
Hujan...
Bulan April.
Pasti masih ada
yang dapat aku tulis
Namun aku tau tak mungkin bisa lebih rahasia apa yang
akan kau katakan.
April 2012
Cerita Tanpa Aksara
Atas semua kekeliruan yang mampu dipahami.
Atas semua harapan yang membeku dan mencair.
Atas semua kelopak bunga yang mengumpat pada angin
Atas semua huruf yang tertinggal dalam lembaran yang tak
pernah terbaca
Atas semua hati yang masih bergetar karena ingin.
Aku menulis.
Dengan huruf yang berkarat karena begitu lama terpendam
Dengan tanda baca asing yang kuciptakan dari rindu
Dengan sebuah makna yang selalu tak bisa aku jelaskan.
Untuk cinta
Pada semua hal
Yang menangis, yang luka, yang perih, yang sepi, yang
terlupa
Seakan aku mampu menyerap seluruh lagu kepedihan.
menghapal dan tak bisa lagi melupakannya.
Seperti seorang ibu yang memahami anak-anaknya
Seperti pecinta
mengeja nama kekasihnya
Seperti luka yang menganga
Setiap detik waktu berlalu, makin perih tapi tak ada lagi
air mata untuk menjelaskannya.
Seperti kau
Seperti hatimu
Seperti matamu
Seperti namamu
Adalah nasib
untuk apa lagi aku mencarimu
Untuk apa kau memahamiku
Jika kita tak bisa lagi saling menceritakannya.
Biru Berwarna Jingga
Telaga biru tak terukur
Tak mampu kulukis
Karna warna yg mewakili kedalamannya adalah
waktu yg tak terkejar
Aku memahaminya sebagai masa lalu.
Yang membara dalam angan
Dan Membakar segalanya.
Andai
Andai hari ini adalah masa lalu
Ketika lagu masih belum berlirik dan puisi ini belum
diberi judul
Andai harapan belumlah pecah dan cita-cita masih membara
tak terbendung
Siapapun akan bergerak selaju angin
Menerpa setiap detak panggilan hati
Dan hatimu akan rebah tanpa perlawanan dalam hamparan
mimpi indah
Dimana lembah biru masih bebas kita namai.
Tak ada yg luka......
tak ada tragedi...
Ini hanyalah prosa yang tersusun dari mimpi
Dan tak perlu ada
yang menangisnya.
Indah Bisu
Bahkan namapun tak bisa aku tulis
huruf-huruf yang seharusnya menerbangkan takdir
Menguap seperti bayangan dalam gelap. Dan aku mesti rela
Biarlah angin berhenti dan daun-daun hijau tak perlu
berguguran.
Dan masa depan tak perlu disesali
Sekumpulan rasa sedih yang ditertawai dalam sajak
Seperti luka yang sembuh.
Bekasnya biarlah mengingatkan kita akan indahnya hari
ini.
Tak Ada
Jika kau bisa tidur dan menyelesaikan mimpi itu.
Berilah judul kisah ini sebagai bab terakhir
Andai esok ada yang mesti kau satukan dari apa yang kini
mustahil
Jangan sebut itu sebagai perjuangan
Karena memang terkadang ada yang betul-betul kita
inginkan tapi mesti kita hancurkan
Paling tidak jika itu tak bermakna
Ada alasan kita tak perlu menyatukannya.
Gelombang mendekripsikan lagu laut
Tentang seberapa besar keheningan
Diantara warna biru
Berenang keharuan karena tak pernah bisa
mencapai pantai
Ia kembali sebagai sunyi dan nelayan baru akan
mengenangnya ketika ia mulai tua
Dan telah sempurna kesepian itu terlukis.
Ini hanya ritual’
Orang-orang yg telah tidur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar