Senin, 07 April 2014

TENTANG KAU PADA SUATU KETIKA


         
   
Pada bulan-bulan basah. Aku menulis sesuatu yang tidak boleh aku tulis.  Menyelinap dari rutinitas tak berkesudahan. Tak terlacak oleh pantauan detak jarum jam. Merebahkan beberapa huruf bermakna ganda dalam kerumitan mengawali meditasi. Jiwaku masih bisa bermain-main dengan kegelisahan yang menggelikan. Tapi aku tidak benar-benar ingin selamanya menertawainya.  tapi Paling tidak hanya malam ini.
            Aku berusaha menembus tabir malam, menjelang tetes terakhir dari hujan dan laron yang terperangkap dalam cahaya lampu mencuri keceriaan ritme tanda baca dalam puisi tanpa bait.
Ini aku khayalkan masih sebuah puisi yang belum selesai dalam semalam.  Sebab ada huruf-huruf yang mesti ditangkap dari bias sinar matahari ketika dengan enggang ia  rebah dibalik horison.
Pada pantai tempat ombak menghempaskan kepenatan perjalanan jauhnya. Menghamburkan huruf-huruf kepahlawanan berabad-abad yang lalu. 
Ini masih kuanggap sebuah puisi.

Tentang kau, suatu ketika.
Dan mungkin tentang aku sesaat setelahnya.
Dan saat bulan-bulan basah ini berlalu mungkin tentang sesuatu yang kau dan aku memahaminya sebagai sesuatu yang tak mungkin ditulis, paling tidak malam ini. Pada kalimat-kalimat ini. Pada yang aku percayai masih sebuah puisi.
Tidak malam ini. Esok atau selamanya.

Ini tentang kau.
Dan kerumitan tak terurai oleh logika. Ada yang salah dari awal tetapi karena itu. Meditasi ini ada dan kau tersesat dalam tulisan ini sebagai sesuatu yang kugambarkan sebagai puisi.
Sebagai puisi karena kita sepertinya bertemu hanya untuk membuat hari esok akan sedikit sesak di dada dan mengenangnya hanya akan membuat aku ingin tertawa.. hanya karena aku masih terlalu gagah untuk menangis.

 ........
bersambung..
Jalang, April 2014
(efek Kurang tidur)